ASSALAMUALAIKUM

SEMOGA TULISAN SAYA BERMANFAAT ...TRIMS

Senin, 24 Oktober 2011

MIM dan Mukjizat Nabi Daud part III ; Sebuah berita besar (An-Naba’)



Tidak terasa 66 tahun sudah negeri ini merdeka dan terlepas dari penjajahan. Namun badai seakan tak pernah usai. Persoalan demi persoalan terus saja bertambah dan membuat hati ini miris. Dari korban lumpur Lapindo sampai masalah TKW yang dihukum mati di negara tetangga. Belum lagi kasus korupsi yang makin menjadi-jadi. Mungkin jika dibuat daftar permasalahan yang ada di negara ini, panjangnya bisa masuk Guinnes Book of Record.



Meskipun hati miris, tapi kalau kita mau berpikir positif sesungguhnya permasalahan yang datang bertubi-tubi itulah yang akan membuat bangsa ini menjadi besar. Keoptimisan harus selalu ada. Karena itu adalah ciri manusia yang berketuhanan. Iman berarti yakin akan adanya Tuhan YME. Juga yakin bahwasanya Tuhan hendak memandaikan bangsa ini dengan adanya masalah tersebut.



MIM dan harokahnya



Saya akan memberikan sebuah analogi. Mim (salah satu huruf dalam huruf-huruf hijaiyah), tanpa harokah adalah sebuah huruf yang mati. Akan tetapi jika diberikan harokah misalkan dhomah, dia baru bisa mengeluarkan bunyi “mu”. Harokah dalam bahasa arab adalah sama dengan gerakan dalam bahasa Indonesia.



MIM sebagai sebuah organisasi yang diharapkan mampu menjadi motor bagi bangkitnya bangsa ini juga harus memiliki gerakan. Tentunya gerakan yang selaras dengan visi dan misi yang telah didengungkan. Jika demikian adanya maka itu sama adanya dengan mukjizat Nabi Daud. Yang memiliki suara yang indah dalam melantunkan Zabur. Mengapa? Karena Zabur yang merupakan firman Allah SWT mampu direalisasikan oleh Nabi Daud dalam wujud Kerajaannya yang makmur/negara yang madani.



Dalam Al-Qur’an begitu banyak kisah bangsa-bangsa yang besar namun jatuh dan hancur begitu saja. Maka seharusnya MIM dan para MIMers dapat mengambil pelajaran dari itu semua. Maka modal apakah yang harus dimiliki oleh para MIMers juga bangsa ini jika ingin bangkit dan maju? Dalam QS. An-Naba 78/38 Allah SWT berfirman :



Pada hari, ketika ruh[1549] dan para malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.



Mengucapkan kata yang benar atau jujur adalah modal utamanya. Jujur dari dalam hati bahwa niat membangun bangsa ini karena ibadah dan mengharap ridho Tuhan semata. Sehingga dapat dipastikan segala gerakan yang diperbuatnya pun dapat dipastikan jujur. Jujur manajemennya dengan menggunakan prinsip open manajemen.



Bersih pembukuan keuangannya, baik sumber-sumber keuangannya yang dapat dipertanggungjawabkan maupun pembukuannya yang rapi terperinci (tidak campur aduk dan menggunakan pembukuan ganda, satu untuk kalangan sendiri dan yang lain untuk dunia luar). Begitu juga jika nantinya ada perekrutan anggota MIM baru. Tidak boleh dengan paksaan dan iming-iming sesuatu. Tapi harus datang dari hati nurani mereka yang bersih. Jika dua hal tersebut dipadukan (laporan keuangan dan penambahan anggota baru) dilandasi dengan kejujuran dan menghindari laporan fiktif (ABS=Asal Bapak Senang), lalu disertai program-program yang membumi. Yaitu program-program yang menyentuh pada kepentingan hajat hidup orang banyak, maka pasti akan timbul spirit(ruh) dan power/kekuatan(malak=malaikat) dalam tubuh MIM khususnya dan bangsa ini pada umumnya.



Kejujuran memang telah menjadi barang yang langka di negeri ini. Dan hanya lewat kejujuran bangsa ini akan bangkit. Ayo MIMers, tidak usah banyak berkata-kata, tunjukkan saja kerja dan karyamu. Dan biarkan Tuhan yang mengizinkanmu berucap. Karena suara Tuhan adalah suara kejujuran. Sehingga nanti mereka akan bertanya-tanya, “ berita besar apa ini?”



Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?

Tentang berita yang besar

yang mereka perselisihkan tentang ini.

Sekali-kali tidak[1545]; kelak mereka akan mengetahui

kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui

(QS.An-Naba78/1-5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar