ASSALAMUALAIKUM

SEMOGA TULISAN SAYA BERMANFAAT ...TRIMS

Senin, 24 Oktober 2011

PEMINDAHAN KIBLAT , NEUTRINOS DAN ESENSINYA




TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah ilmuwan di Swiss mengungkapkan bahwa dari hasil penelitian mereka selama bertahun-tahun, mereka menemukan sebuah partikel kecil yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya dan melawan hukum alam. Demikian dilansir CNN, Jumat (23/9/2011). Para ahli fisika ini mengatakan jika partikel yang berbentuk neutrinos ini dikirim di bawah tanah dari laboratorium di Swiss dan Italia berjarak 730 kilometer dan sampai kurang dari satu detik jika di banding dengan kecepatan cahaya yang dipancarkan dalam jarak yang sama. Laporan ini dipublikasikan oleh lembaga peneliti yang bekerja di sebuah proyek bernama eksperimen Opera yang berbasis di European Organization for Nuclear Research yang dikenal dengan nama CERN.

Sebuah penemuan yang mencengangkan. Dan secara otomatis mematahkan teori yang telah dikemukakan oleh Albert Einstein bahwa kecepatan cahaya adalah yang tercepat. Dengan begitu dapat disimpulkan semakin maju peradaban dan teknologi yang dimiliki manusia, akan semakin banyak pula ditemukan teori dan penemuan baru yang akan mematahkan apa yang sudah ada sebelumnya. Dan akhirnya kita pun menyadari adanya keterbatasan pada diri manusia dan memahami hanyalah Tuhan yang Maha Segalanya.

Belum lama ini juga, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa bahwasanya arah kiblat telah bergeser sebanyak +/-20ยบ dari arah semula. Pada awalnya umat islam beranggapan bahwa arah kiblat adalah barat. Namun karena pergeseran lempeng bumi, maka umat islam diwajibkan untuk mengubah arah kiblatnya agar kembali menghadap ke masjidil haram di mekkah. Namun tidak perlu untuk memugar masjid maupun musholla, akan tetapi cukup untuk menggeser arah kiblatnya saja. Lalu apakah esensi yang terkandung dalam pemindahan kiblat dan juga neutrinos tersebut.



Sejarah pemindahan kiblat



Di waktu Nabi Muhammad s.a.w. berada di Mekah di tengah-tengah kaum musyirikin beliau berkiblat ke Baitul Maqdis. Tetapi setelah 16 atau 17 bulan Nabi berada di Madinah ditengah-tengah orang Yahudi dan Nasrani beliau disuruh oleh Tuhan untuk mengambil Ka'bah menjadi kiblat, terutama sekali untuk memberi pengertian bahwa dalam ibadat shalat itu bukanlah arah Baitul Maqdis dan Ka'bah itu menjadi tujuan, tetapi menghadapkan diri kepada Tuhan. Untuk persatuan umat Islam, Allah menjadikan Ka'bah sebagai kiblat.(catatan kaki QS. Al-baqarah ayat 142).

Selanjutnya dalam QS. Al-baqarah ayat 143 Allah.SWT berfirman :

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.





Di antara kaum Muslimin ada yang ingin mengetahui tentang nasib orang-orang yang telah meninggal atau gugur sebelum berpindah qiblat. Maka turunlah surat Al Baqarah ayat 143.(Diriwayatkan dalam kitab Shahihain (Bukhari dan Muslim) yang bersumber dari al-Barra.), yang menegaskan bahwa Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan iman mereka yang beribadah menurut ketentuan pada waktu itu.

Kalau kita cermati dalam ayat tersebut, ada pertentangan pada saat itu khususnya dalam kalangan umat islam. Namun karena iman, keyakinan yang telah ditanamkan bahwasanya Allahlah yang menetapkan masalah pemindahan kiblat tersebut, maka hal tersebut tidak berlarut-larut. Bahkan menambah keimanan mereka karena bukan permasalahan menghadap ke arah masjidil haram ataupun masjidil aqsha, akan tetapi menghadap kepada Allah. Dan pada saat di madinah di tengah-tengah kaum yahudi dan nasrani, Allah memerintahkan untuk menghadap masjidil haram semata-mata untuk menunjukkan kepada kaum yahudi dan nasrani bahwasanya mereka berasal dari keturunan yang sama yaitu nabi Ibrahim AS. Jadi seharusnya saling bersatu dan tidak saling bermusuhan satu sama lainnya, karena hidup di bumi yang satu dan menyembah Allah yang satu.



Kejujuran yang hilang

Setelah 14 abad berlalu, hal tersebut berulang lagi. Meskipun tidak diwahyukan kembali, karena memang Al-Qur’an telah turun secara sempurna. Namun tersirat lewat fenomena alam. Lalu apa yang kita bisa ambil dari kejadian ini untuk kehidupan kita, baik sebagai individu-individu, maupun dalam hal berbangsa dan bernegara pada umumnya. Mari kita perhatikan kalimat dalam QS. Al-baqarah ayat 143 di atas. Ada kata-kata umat yang adil, menjadi saksi bagi umat manusia dan rasul mejadi saksi atas kamu.



Dengan kata lain kita diseru untuk berlaku jujur. Menjadi saksi atas diri sendiri.kenapa demikian? Karena kejuuran adalah obat bagi bangsa kita yang sudah sekarat dan menuju kepada jurang kehancuran. Berkata jujur tidaklah mudah, sangat pahit bahkan bisa dibenci oleh orang lain seumur hidup, dihina dan dicaci. Namun bagaikan minum jamu, pahit diawal, akhirnya kenikmatan yang didapat. Karena dengan kejujuran yang diungkapkan, hidup serasa tanpa beban, dan kita tidak perlu menutupi hidup kita selanjutnya dengan kebohongan dan kebohongan terus menerus. Inilah makna yang terkandung dalam fenomena pemindahan kiblat. Oleh sebab itu mari kita terapkan minimal dari diri kita sendiri. Tentunya dengan diawali dari introspeksi, sudah seberapa jujurkah diri kita? Kemudian jika kita temukan banyak ketidakjujuran, mulailah untuk mengungkapkan dan memperbaikinya satu per satu. Dan ini semua berlaku untuk semuanya tergantung dari profesi apa yang kita tekuni.

Bagaimana jika sampai kita kehilangan jabatan, kedudukan, pekerjaan yang kita jalani sekarang? Mental itulah yang harus kita persiapkan. Maka perlu kita pahami kembali ayat tersebut di atas. Ada kata-kata

Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. Iman berarti yakin, optimis. Hanya dengan keyakinan dan keoptimisan kita akan sukses dalam menjalankan kehidupan. Ada beberapa pertanyaan yang jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Cobalah menjawabnya dengan hati yang jujur. Apakah mungkin kita tidak makan jika kita mau berusaha? Lalu, siapakah yang memberikan kita nikmat? Manusiakah atau Tuhan pemilik langit dan bumi?

’’Mana mungkin maling teriak maling?’’ tapi hati nurani kita tidak bisa berbohong, bahwa inilah obat mujarab bagi kita semua umat manusia khususnya bagi bangsa Indonesia. Betapa tidak, cita-cita kita sebagai bangsa yang merdeka dalam alinea pertama pembukaan UUD’45 telah berbelok beberapa derajat hanya karena ketidakjujuran yang mengutamakan hawa nafsu belaka. Itulah esensi dari fenomena bergesernya arah kiblat. Sehingga merdeka sekarang menjadi konotasi lain, merdeka (bebas) korupsi, mabuk, berjudi, berzina, berselingkuh dsb. Inilah gambaran masyarakat kita yang sebenarnya.

Maka marilah kita jadikan esensi fenomena bergesernya arah kiblat (kejujuran) ini sebagai renungan bagi kita semua untuk seterusnya diwujudnyatakan dalam bentuk perikehidupan sehari-hari. Bukan hanya slogan-slogan belaka yang kita tempel di kaca mobil, rumah lewat stiker atau pamflet-pamflet pemilu, dsb. Dan yang perlu kita tanamkan dalam diri kita, kejujuran adalah investasi yang akan kita petik di masa depan. Alam sendiri mengajarkan kita untuk bertindak jujur. 16 juta trilyun uap air/detik yang menguap ke langit akan sama dengan air hujan yang turun ke bumi. Adakah alam mengajarkan kebohongan, korupsi? Ataukah mata hati kita telah buta dan menghitam serta kurang jelas sehingga tidak bisa mengambil pelajaran dari ini semua?



Neutrinos itu kejujuran



Jika diibaratkan sebuah pohon, kejujuran adalah benihnya. Pohon dengan benih yang jujur akan menghasilkan buah yang jujur.

Kejujuran memang terlihat kecil dan seuatu hal yang sepele (seperti neutrinos). Tapi lihat apa dampaknya begitu ia ditinggalkan? Mengguritanya korupsi tidak hanya dalam kalangan pejabat negara. Tapi virus itu telah menyebar sampai dengan lapisan masyarakat bawah.

Padahal bangsa ini telah memahami dan menjadikan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai landasan bernegaranya. Namun pada kenyataannya mengabaikan keberadaan Tuhan dan paham kejujuran yang telah diajarkannya lewat alam ini. Sungguh merupakan sebuah ironi.

Lalu adakah kata terlambat untuk kembali lagi memaknai kejujuran dan menjalankannya? Tentu tidak.



Ledakan Energi Yang Dahsyat



Apabila Albert Einstein merumuskan Energi adalah berbanding lurus dengan massa dan kuadrat dari kecepatan cahaya atau E=m.c². Dan ternyata ada yang lebih cepat dari cahaya yaitu neutrinos, maka bisa jadi akan ada perubahan dari rumus tersebut. Andaikan massa (m) adalah masyarakat/rakyat, dan neutrinos (n) adalah kejujuran. Maka jika c (kecepatan cahaya) diganti dengan n (kecepatan neutrinos) lalu dikuadratkan, akan terjadi ledakan yang begitu besar dahsyatnya.

Dan inilah tantangan yang kita harus hadapi bersama. Mengembalikan inti atom berupa neutrinos yakni kejujuran yang sempat menghilang dari negeri ini. Bangsa ini terlanjur dikenal akan kepolosan, keluguan dan kejujurannya. Maka harus ada keinginan bersama-sama dari seluruh kekuatan bangsa untuk menyemai kembali kejujuran dalam aspek apapun. Dan perjalanan panjang ini diawali dari pribadi, yakni neutrinos atau partikel terkecil di alam semesta ini. Dengan selalu mengingat bahwa Tuhan melihat apapun yang kita kerjakan dan perbuat. Sebagai penutup ada sebuah kutipan dari mendiang John F Kennedy, “ask not what your country can do for you -- ask what you can do for your country”. Bersediakah kita jujur demi masa depan dan kemakmuran negara ini meskipun akan menelan pil pahit? Di tangan kita semua nasib ke depan bangsa ini berada. Dan walaupun di dunia ini akan dicemooh orang seperti ulat bulu jika mengungkap kejujuran, tapi pasti di akhirat kelak kita laksana kupu-kupu yang indah yang siap memasuki surga-Nya. Amin

MIM DAN MUKJIZAT NABI DAUD PART IV : LEDAKAN ENERGI DARI TEORI NUKLIR EINSTEIN




Di bagian ketiga, saya menyinggung tentang kejujuran. Sebuah norma yang mulai pudar dan langka di negeri ini.



Pembelajaran memang datangnya tidak selalu dari sesuatu yang nilainya “benar”. Maka dari itu dalam kesempatan kali ini saya mengajak pembaca semua untuk mencermati kasus yang sedang hangat belakangan ini. Nazarudin dan Partai Demokrat serta kaitannya dengan kasus korupsi pembangunan wisma atlit di Jaka Baring, Sumatera Selatan. Secara kasat mata kita mestinya bisa menilai, kejujuran dapat dikalahkan dengan uang dan tahta. Hanya karena keinginan untuk berkuasa, kejujuran yang dasarnya fitroh, suci ternoda dan akhirnya menjadi bumerang. Kini semuanya hanya tinggal menunggu saja. Kebobrokan suatu hari pasti akan terungkap cepat atau lambat. Karena kunci dari permasalahan ini, yaitu Nazarudin telah tertangkap. Sungguh sebuah ironi.



Berkaitan dengan itu, adalah sebuah pelajaran berharga yang Allah hendak tunjukkan bagi kita semua. Asmaul Husna sebagai jiwa baiknya tidak hanya sebagai sebuah hapalan belaka. Namun harus menjadi jiwa, menghujam dan berlaku seimbang. Keinginan MIM untuk menghantarkan bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-citanya; hidup sejahtera (As-Salam), harus juga seimbang dengan sikap yang lain. Utamanya dengan kejujuran dan keadilan (Al-‘Adlu).



Ledakan Energi Yang Dahsyat



Apabila norma kejujuran dan yang lainnya yang berdasar kepada Asma Allah, benar-benar bisa diaplikasikan oleh MIM dan segenap MIMers maka dapat dipastikan akan menjadi medan magnet yang kuat bagi massa. Sehebat apapun program yang digulirkan tanpa dilandasi itu semua hanyalah sebuah kesia-sian. Karena apa? Suatu hari nanti, manakala MIM mampu berada “di atas” dan menjadi panutan serta sorotan, maka akan banyak yang mencari-cari cela dan kesalahan. Karena itulah sebuah antisipasi dari awal haruslah dilakukan.



Pemimpin yang jujur atau “Ratu Adil” sedang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh bangsa ini. Bukan hanya seorang figur sentral, namun lebih dari itu. Adalah sebuah kesatuan sistem yang utuh dan kokoh. Sistem yang adil dan jujur itu akan memberikan daya tarik yang kuat. Sehingga masyarakat akan berbondong-bondong mengikutinya. Bagaikan lokomotif memimpin anak gerbongnya menuju kepada kesejahteraan dan kemakmuran bersama.



Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk din(sistem)Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.(QS.An-Nashr 110/1-3)



Jika masyarakat/massa dirumuskan sebagai “m”, dan kecepatan cahaya (pelaksanaan nur dari asmaul husna) dilambangkan sebagai “c”, maka energi ledakan yang dahsyat dari itu semua “E” adalah kuadrat yang berbanding lurus dengan massa dan kecepatan cahaya tadi. Atau bisa dirumuskan :



E = m.c²



Berbondong-bondongnya manusia untuk bergerak membangun bangsa inilah yang akan terjadi bilamana semua wujud adanya. Dan Albert Einstein pun akan terharu karena rumus nuklirnya yang pernah meluluhlantakkan dunia, ternyata berubah menyelamatkan dunia. Wallahua’lam

MIM dan Mukjizat Nabi Daud part III ; Sebuah berita besar (An-Naba’)



Tidak terasa 66 tahun sudah negeri ini merdeka dan terlepas dari penjajahan. Namun badai seakan tak pernah usai. Persoalan demi persoalan terus saja bertambah dan membuat hati ini miris. Dari korban lumpur Lapindo sampai masalah TKW yang dihukum mati di negara tetangga. Belum lagi kasus korupsi yang makin menjadi-jadi. Mungkin jika dibuat daftar permasalahan yang ada di negara ini, panjangnya bisa masuk Guinnes Book of Record.



Meskipun hati miris, tapi kalau kita mau berpikir positif sesungguhnya permasalahan yang datang bertubi-tubi itulah yang akan membuat bangsa ini menjadi besar. Keoptimisan harus selalu ada. Karena itu adalah ciri manusia yang berketuhanan. Iman berarti yakin akan adanya Tuhan YME. Juga yakin bahwasanya Tuhan hendak memandaikan bangsa ini dengan adanya masalah tersebut.



MIM dan harokahnya



Saya akan memberikan sebuah analogi. Mim (salah satu huruf dalam huruf-huruf hijaiyah), tanpa harokah adalah sebuah huruf yang mati. Akan tetapi jika diberikan harokah misalkan dhomah, dia baru bisa mengeluarkan bunyi “mu”. Harokah dalam bahasa arab adalah sama dengan gerakan dalam bahasa Indonesia.



MIM sebagai sebuah organisasi yang diharapkan mampu menjadi motor bagi bangkitnya bangsa ini juga harus memiliki gerakan. Tentunya gerakan yang selaras dengan visi dan misi yang telah didengungkan. Jika demikian adanya maka itu sama adanya dengan mukjizat Nabi Daud. Yang memiliki suara yang indah dalam melantunkan Zabur. Mengapa? Karena Zabur yang merupakan firman Allah SWT mampu direalisasikan oleh Nabi Daud dalam wujud Kerajaannya yang makmur/negara yang madani.



Dalam Al-Qur’an begitu banyak kisah bangsa-bangsa yang besar namun jatuh dan hancur begitu saja. Maka seharusnya MIM dan para MIMers dapat mengambil pelajaran dari itu semua. Maka modal apakah yang harus dimiliki oleh para MIMers juga bangsa ini jika ingin bangkit dan maju? Dalam QS. An-Naba 78/38 Allah SWT berfirman :



Pada hari, ketika ruh[1549] dan para malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.



Mengucapkan kata yang benar atau jujur adalah modal utamanya. Jujur dari dalam hati bahwa niat membangun bangsa ini karena ibadah dan mengharap ridho Tuhan semata. Sehingga dapat dipastikan segala gerakan yang diperbuatnya pun dapat dipastikan jujur. Jujur manajemennya dengan menggunakan prinsip open manajemen.



Bersih pembukuan keuangannya, baik sumber-sumber keuangannya yang dapat dipertanggungjawabkan maupun pembukuannya yang rapi terperinci (tidak campur aduk dan menggunakan pembukuan ganda, satu untuk kalangan sendiri dan yang lain untuk dunia luar). Begitu juga jika nantinya ada perekrutan anggota MIM baru. Tidak boleh dengan paksaan dan iming-iming sesuatu. Tapi harus datang dari hati nurani mereka yang bersih. Jika dua hal tersebut dipadukan (laporan keuangan dan penambahan anggota baru) dilandasi dengan kejujuran dan menghindari laporan fiktif (ABS=Asal Bapak Senang), lalu disertai program-program yang membumi. Yaitu program-program yang menyentuh pada kepentingan hajat hidup orang banyak, maka pasti akan timbul spirit(ruh) dan power/kekuatan(malak=malaikat) dalam tubuh MIM khususnya dan bangsa ini pada umumnya.



Kejujuran memang telah menjadi barang yang langka di negeri ini. Dan hanya lewat kejujuran bangsa ini akan bangkit. Ayo MIMers, tidak usah banyak berkata-kata, tunjukkan saja kerja dan karyamu. Dan biarkan Tuhan yang mengizinkanmu berucap. Karena suara Tuhan adalah suara kejujuran. Sehingga nanti mereka akan bertanya-tanya, “ berita besar apa ini?”



Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?

Tentang berita yang besar

yang mereka perselisihkan tentang ini.

Sekali-kali tidak[1545]; kelak mereka akan mengetahui

kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui

(QS.An-Naba78/1-5)

MIM DAN MUKJIZAT NABI DAUD PART II




Sebelum membaca tulisan ini, ada baiknya bagi yang belum membaca tulisan saya yang berjudul MUKJIZAT NABI DAUD, MIM DAN HARI LAHIR PANCASILA yang saya terbitkan di catatan Facebook saya juga di blog ini.



Jika sudah membacanya baiklah akan saya lanjutkan makna mukjizat Nabi Daud yang lain.



Nabi Daud a.s. dikaruniai suara yang sangat merdu. Ketika mendengar Daud melagukan ayat kitab Zabur, orang dan jin yang sakit menjadi sembuh, burung-burung terbang mendekat, angin menjadi tenang, gunung serta burung pun bertasbih kepada Allah SWT.



Di dalam ayat-ayat Allah tentunya ada pertanda dan juga pelajaran bagi orang-orang yang mau berpikir.marilah kita renungkan bersama-sama. Pertanyaannya apakah makna suara yang di maksudkan itu? Adakah hanya sekedar suara melantunkan ayat-ayat Allah belaka?



Visi dan misi MIM



MIM singkatan dari Masyarakat Indonesia Membangun adalah sebuah organisasi yang mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk membangun negara yang kita cintai ini bersama-sama. Dengan membudayakan kembali prinsip gotong-royong yang perlahan-lahan mulai terkikis karena pengaruh globalisasi. Tanpa mengedepankan perbedaan agama, suku bangsa dan antar golongan, MIM sebagai sebuah wadah berusaha untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan dalam pembukaan proklamasi UUD 1945, yakni sebuah masyarakat yang adil dan makmur. Karena sebagai organisasi, MIM sadar betul hanya dengan bersatu dan bersama-sama membangun sajalah cita-cita tersebut dapat tercapai.



Visi dan misi memang sudah selayaknya dikumandangkan. Layaknya adzan sebagai pertanda waktu sholat. Ada kata-kata “Hayya ‘ala sholah, hayya ‘alal falah”. Sebuah ajakan untuk melakukan sholat (gerakan). Karena tanpa adanya gerakan (meng’akbarkan/membesarkan asma Allah) atau dengan kata lain gerakan membangun untuk membesarkan panji-panji negara yang kita cintai, tidaklah mungkin tercipta kemakmuran (falah=kemenangan). Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa Allah SWT mengajarkan adanya kesinergian dan keselarasan antara perkataan (perwujudan makna adzan) dengan perbuatan atau gerakan (perwujudan makna sholat).



Berulang-ulangnya sholat yang kita lakukan bermakna sebuah evaluasi. Sudahkah gerakan—gerakan membangun yang kita kerjakan sesuai dengan visi dan misi / target yang telah digariskan bersama.



Keserasian dan kesesuaian antara perkataan dan perbuatan akan menciptakan harmoni yang indah. Dan inilah makna suara yang merdu saat Nabi Daud melantunkan Zabur. Ayat-ayat yang Allah turunkan bagi manusia yang pada hakekatnya untuk kemaslahatan dan kebaikan manusia itu sendiri telah berhasil diaplikasikan oleh Nabi Daud a.s dengan membentuk sebuah sistem yang madani. Bersama-sama dengan anaknya yaitu Nabi Sulaiman a.s membawa umat manusia pada saat itu kepada sebuah peradaban yang tinggi dan hidup sejahtera.



Tantangan MIM ke depan adalah sebagai motor penggerak rakyat agar bersama-sama mewujudkan visi dan misi yang telah dikumandangkan. Sehingga apa yang telah disuarakan selaras dengan gerakan serta perbuatannya. Dan bukan hanya slogan dan wacana saja.



Inilah yang disebut Dakwah bil Hal. Dakwah dengan perbuatan. Apabila sudah menampakkan hasil yang nyata, orang pun akan berbondong-bondong melakukan perbuatan yang sama. Baik orang yang selama ini sakit hati terhadap pemerintahan ataupun yang sakit mentalnya karena korupsi. Mereka akan sadar dengan sendirinya bahwa perbuatan itu sangat merugikan negara. (layaknya mukjizat Nabi Daud yang mampu menyembuhkan orang dan jin yang sedang sakit).



Secara otomatis media penyiaran baik cetak maupun elektronik serta-merta akan berdatangan (burung dahulu dipakai sebagai sarana menyampaikan informasi lewat surat),demi melihat fenomena yang luar biasa ini. Betapa tidak, Indonesia yang bisa dikatakan diambang kehancuran, tiba-tiba bangkit dan bersatu lalu membangun. Ini pasti akan menjadi berita yang menggemparkan dunia. Pertikaian-pertikaian (ibarat angin ribut) antar warga yang menghiasi media-media belakangan ini juga pasti akan kembali mereda. Begitu juga partai politik dan ormas baik besar maupun kecil yang tentunya sudah memiliki massa (layaknya piramida atau gunung). Mereka yang saat pemilu dengan lantang meneriakkan visi dan misina, namun setelah kalah hanya diam, berpangku tangan, menonton. Menunggu-nunggu kelemahan rival politiknya lalu kemudian berkomentar dan mengkritisi tanpa berkaca dan mempertanyakan pada diri sediri tentang apa yang mereka sudah perbuat. Semoga dengan adanya MIM, gunung-gunung partai politik akan merubah mindset mereka untuk bersama-sama sibuk bekerja (bertasbih) demi kejayaan bangsa ini. Wallahua’lam