ASSALAMUALAIKUM

SEMOGA TULISAN SAYA BERMANFAAT ...TRIMS

Minggu, 26 Juni 2011

TEGAR




Pagi hari ini seperti biasa, aku sudah terbangun sebelum matahari terbit. Tak ubahnya hari-hari kemarin, aku memnbangunkan kawan-kawanku yang lain. Mereka tidak jauh. Mereka selalu berada di sekelilingku. Aku selalu bersemangat untuk menyambut sinar matahari pagi. Bagiku itu adalah nikmat Tuhan yang tiada tara.



Begitulah aku. Wujud rasa syukurku kepada Tuhan adalah dengan bersiap-siap, bangun lebih pagi dari yang lain, untuk menyambut datangnya matahari pagi.



Meskipun rumput-rumput itu jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan kami—Sekawanan Bunga Tulip—yang hidup di padang sabana ini, kami tetap bersemangat menyambut matahari pagi. Sering kami mendengar ejekan dari mereka, bangsa rumput. Sedih rasanya diejek oleh mereka. Mereka suka mengatakan "sekawanan bunga yang aneh" yang mencoba hidup tidak pada tempatnya.



"Kalian pasti telah tersesat. Lihat saja padang sabana ini. Mayoritas yang hidup di sini adalah kami, bangsa rumput. Lagi pula untuk apa kalian lebih pagi bangun, hanya sekedar menyambut matahari pagi?" kata sekawanan rumput itu suatu ketika.



"Mungkin mau ikut senam SKJ.... hahaha100x", lalu merekapun tertawa terpingkal-pingkal



"Lihat kami, bangsa rumput. Meski tidak bangun pagi dan tidak menebarkan serbuk-serbuk sari seperti kalian, jumlah kami lebih banyak dari pada kalian. Berarti kamilah yang benar dan kalian yang salah!”



Biasanya kami tak pernah menjawab ejekan-ejekan mereka. Hingga suatu hari karena sudah tidak tahan, akupun angkat bicara. Dengan diiringi senyum aku berkata :



"Bukankah bumi ini milik Tuhan, siapapun layak untuk tinggal di sini. Bukan pula perkara benar atau salah, sedikit ataupun banyak. Tapi bisakah kita hidup berdamai? Lagi pula bukan kami yang menyebar serbuk-serbuk kami. Mereka diterbangkan oleh angin, atau terbawa oleh kaki-kaki serangga yang singgah. Bukankah itu semua atas kehendak Tuhan?" mereka terdiam mendengar jawabanku. Semenjak saat itu tak terdengar lagi ejekan-ejekan, cemooh dan hinaan dari mereka.



Tahun demi tahun berlalu. Dan atas kehendak serta kuasa-Nya, di padang sabana ini tumbuh tulip dan rumput yang jumlahnya hampir sama rata. Kami hidup berdampingan dengan rukun, bersama-sama menyambut matahari pagi sebagai anugerah Yang Kuasa.







Ketegaran akan membuahkan hasil. Hinaan dan ejekan yang datang hanyalah ujian untuk lebih membentuk karakter yang kuat pada diri kita. Mari kita hadapi semua dengan senyuman dan keoptimisan. Dan hidup yang berdamai dan rukun pastinya akan lebih indah.



Jakarta, 05-02-2011

06:14 insde my room

Tidak ada komentar:

Posting Komentar