ASSALAMUALAIKUM

SEMOGA TULISAN SAYA BERMANFAAT ...TRIMS

Selasa, 28 Juni 2011

ISRA’ MI’RAJ TODAY ; SEBUAH EVALUASI KEJUJURAN



Tahun ke 10 setelah kenabian adalah tahun di mana rasulullah di tinggalkan oleh dua orang yang dikasihinya. Pertama, wafatnya Siti Khadijah RA, istri rasulullah dan orang yang pertama kali mengakui Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Dukungannya terhadap dakwah yang dilakukan rasulullah baik moril maupun materil pada awal penegakkan dinullah, sangatlah berharga dan amatlah berarti bagi kaum muslimin yang saat itu masih minoritas. Karena isteri ini adalah pelipur lara di kala duka. Dengan iman dan kelapangan hatinya menjadi labuhan untuk mendapatkan rahah nafsiyah (refresi jiwa) di sisinya di masa hidupnya. Begitu juga dengan wafatnya Abu Thalib pamanda rasulullah. Meskipun tidak mengucap kalimat tauhid di akhir hayatnya, Abu Thalib yang juga disegani di kalangan bani Quraisy sangatlah melindungi gerakan dakwah yang dilkukan oleh kemenakannya itu. Karena itulah tahun ke-10 kenabian disebut juga Amul Huzn (tahun kesedihan).

Di sisi lain, kondisi kaum muslimin yang terdesak pada saat itu. Tekanan baik berupa hinaan, fitnahan atau juga berupa fisik seperti penyiksaan hingga pembunuhan yang dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap kaum muslimin saat itu juga menambah kedukaan rasulullah SAW. Dakwah seakan jalan di tempat.

Yang umumnya kita pahami bersama adalah Isra’ Mi’raj identik dengan turunnya perintah sholat. Pertanyaannya, apakah sebelum rasulullah Isra’ Mi’raj, sholat belum pernah sama sekali dikerjakan oleh rasulullah? Bukankah Muhammad adalah rasul yang mempunyai garis keturunan dari nabi Ibrahim dan Ismail? Jika demikian adanya, kalau Ibrahim AS mendirikan ka’bah (identik dengan ibadah haji), sudah sewajarnya sholatpun diperintahkan juga. Dasarnya adalah QS. Ibrahim 14/40 :
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Di dalam ayat tersebut memang tidak dicantumkan siapa yang berdo’a. karena itu mari kita lihat di ayat sebelumnya QS.14/39 :
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.
Berarti jelas yang berdo’a adalah nabi Ibrahim AS. Kesimpulannya nabi Ibrahim melaksanakan sholat. Dan itu berarti anak keturunannya pun melaksanakan sholat. Lalu mengapa Allah memerintahkan kembali? Ada sebuah makna tersembunyi yang patut kita cermati bersama.

Untuk lebih mudah memahami, ada baiknya kita sama-sama melihat kembali ayat tentang peristiwa Isra’ Mi’raj. Dalam QS. Al-Isra’ 17/1 Allah SWT berfirman :

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[847] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Apa maksud Allah SWT memperjalankan Muhammad dalam kondisi malam? Menurut hemat saya, malam disini memiliki 2 buah makna. Yaitu makna kondisi eksternal (kaum Quraisy yang dalam keadaan gelap/jahil/bodoh). Dan makna internal yakni kondisi dakwah yang seakan menemui jalan buntu, gelap gambaran malam yang seakan penuh dengan kedukaan.

Diperjalankannya Muhammad SAW oleh Allah SWT bukan hanya sekedar menghibur. Tapi juga hendak mengajarkan bahwasanya keberhasilan itu dapat diperoleh jika ia memiliki sistem. Ada dua buah masjid (sistem) yang disebutkan dalam ayat tersebut. Masjidil Haram adalah sistem yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS. Dan Masjidil Aqsha adalah sistem yang dibangun awalnya oleh Nabi Adam AS yang kemudian hancur seiring dengan waktu. Lalu dibangun kembali oleh Nabi Daud AS dan disempurnakan oleh Nabi Sulaiman AS. Jadi tidak hanya sekedar sebuah bangunan yang monumental saja. Tapi lebih dari itu. Yakni adanya sebuah sistem di mana Hukum Allah tegak di dalamnya. Sehingga terwujudlah Islam (kedamaian, kesejahteraan). Kesimpulannya, Allah mengajak Muhammad untuk mengevaluasi, kenapa kegagalan terjadi. Itu disebabkan karena Muhammad belum memiliki sistem.

Sholat dalam arti yang lebih luas adalah meng-Akbarkan Asma’ (sama dengan isme/paham) Allah. Berangkat dari peristiwa Isra’ Mi’raj, Muhammad mengirim Mushab bin Umair untuk membuat sistem yang Allah maksudkan. Dan Yastriblah yang terpilih untuk kemudian menjadi Madinah.

Untuk pribadi juga NKRI

Makna Isra’ Mi’raj sungguh luas. Hanya tinggal mau dibawa kemana makna itu kita tujukan. Jika untuk pribadi, mengadakan evaluasi terhadap kegagalan-kegagalan kita selama ini. Membuat rencana dan gerakan (sholat) hingga kita mampu mencapai sukses. Jika belum juga berhasil, kembali lagi dari evaluasi, rencana dan gerakan. Itulah mengapa Allah memerintahkan sholat itu selalu dilakukan berulang-ulang. Karena pada hakekatnya Allah menginginkan manusia untuk sukses (hakekat mengucapkan salam).

NKRI yang sudah merupakan keputusan final saat ini juga mengalami kondisi stagnan, krisis kepemimpinan, gelap, menemui jalan buntu. Sudah saatnya kita mengevaluasi mengapa hal tersebut terjadi. Evaluasi bisa berarti bercermin. Bayangkan jika yang dilihat adalah wajah yang buruk. Kekecewaan, kekesalan pasti akan muncul dalam benak kita.

Cermin yang baik akan dapat memberikan gambaran yang jernih dan baik. Lalu kurang baik apa Indonesia? Negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. Berarti ada yang menutupi cermin tersebut. Cermin negara kita telah tertutupi debu. Dan debu itu adalah “ketidakjujuran”. Karena sesunguhnya “kemenangan jika diperoleh dengan cara yang salah (tidak jujur) hanya menghasilkan bom waktu. Sedangkan kekalahan jika diperbaiki dengan cara yang hak (jujur), maka akan mendapatkan kemenangan yang hakiki”. Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar