ASSALAMUALAIKUM

SEMOGA TULISAN SAYA BERMANFAAT ...TRIMS

Jumat, 25 Maret 2011

LIFE IS BEAUTIFUL

LIFE IS BEAUTIFUL



Ini adalah sebuah kisah fiksi dalam melodrama layar lebar yang berkisah dari latar belakang perang dunia kedua. Roberto Benigni pemeran ayah dari seorang anak kecil yang berusia tujuh tahun. Istrinya diperankan oleh Nicoletta Braschi, dipisahkan Nazi dari suaminya. Benigni dan anaknya menjadi tawanan tentara Nazi Jerman di kamp konsentrasi di Auschwitz. Mereka sudah tidak lagi memiliki kebebasan, hidup di dalam lingkaran kawat berduri dan di jaga ketat pasukan Nazi yang bersenjata lengkap, serta anjing pemburu yang ganas. Namun Benigni “mengkondisikan” anaknya bahwa mereka sedang bermain perang-perangan, sehingga anak termotivasi untuk menang.
Pada suatu malam yang sangat dingin, di mana pakaian tidak memadai, serta kekurangan makanan, anaknya mulai merasakan penderitaan dan kebosanan yang amat sangat. Sang anak ingin menghentikan permainan tersebut dan berkata :”Saya tidak mau melanjutkan permainan ini.” Benigni merasakan penderitaan sang anak. Lalu dengan wajah sedih dan memelas, Benigni berkata kapada sang anak:”Baiklah kita menyerah kalah, mari kita hentikan permainan ini,” sambil membereskan pakaian dan perlengkapan yang dimilikinya, yaitu: selimut kumal, baju kotor dan sepatu bututnya. Kemudian Benigni berjalan gontai menuju pintu kamar sambil berkata lirih kepada anaknya:”Kita kalah, hadiah tank akan diambil oleh orang lain.” Sang anak menatap kepada ayahnya dan tiba-tiba berseru:”Tidak ayah, saya ingin memenangkan permainan ini dan mendapatkan hadiah sebuah tank!”
Pada suatu saat sang anak bertanya kepada ayahnya setelah mendengar berita dari temannya, Gianluca dan Bartolomeo, bahwa penghuni di kamp konsentrasi ini akan dibakar hidup-hidup di dalam oven dan kemudian dijadikan bahan pembuat kancing baju dan sabun. Benigni tercenung lalu menjawab dengan jenaka:”Masa sih temanmu si Gianluca dan Bartolomeo akan dijadikan bahan kancing dan sabun? Kalau begitu mari kita cuci tangan dengan sabun yang terbuat dari Gianluca.” Kemudian Benigni mencopot salah satu kancing bajunya dan menjatuhkannya ke lantai yang dingin dan kotor seraya berkata:”Lihat!si Bartolomeo jatuh.” Sang anakpun tertawa.
Suatu hari pasukan Jerman melakukan pembunuhan massal di kamp konsentrasi tersebut, setelah mengetahui bahwa pasukan sekutu akan menguasai kota Auschwitz. Benigni harus menyelamatkan anak dan istrinya. Maka mereka berdua lari dari kamar dan mencari tempat persembunyian. Benigni menyembunyikan sang anak dalam kotak kecil, lalu berkata:”Nak, hari ini adalah puncak permainan. Kita harus menang. Kamu harus bersembunyi dalam kotak ini dan jangan sampai terlihat oleh siapapun karena semua orang akan mencarimu, kamu harus mendapatkan tank.” Setelah memasukkan sang anak ke dalam kotak, Benigni mencari istrinya untuk menyelamatkannya.
Sementara itu proses pembantaian sedang berlangsung dengan keji. Pembunuhan dilakukan dengan cara memasukkan para tawanan ke kamar gas dan kemudian membakar mayatnya. Abu mayat beterbangan di atas kota Auschwitz.
Namun malang bagi Benigni, dia tertangkap oleh tentara Nazi. Dan ketika berjalan dengan kotak di mana sang anak bersembunyi, dengan moncong senapan yang mengarah di belakang kepalanya, ia tersadar bahwa sang anak pasti melihatnya. Ia langsung berjalan tegap layaknya seorang tentara berparade sambil memberi hormat. Sang anak yang dapat melihat ayahnya dari lubang persembunyiannya merasa senang dan tetap bersembunyi sesuai pesan ayahnya.
Dua menit berselang terdengar tembakan menyalak dari balik tembok. Benigni tewas. Namun sang anak belum sadar karena masih tetap bersembunyi. Tiga jam kemudian terdengar suara menderu-deru. Sebuah tank Amerika lewat di depan persembunyian sang anak. Sang anak langsung meloncat keluar sambil menatap tank Amerika itu lalu berteriak :”Inilah hadiahku, aku menang ayah....!” Tank tersebut berhenti, seorang tentara Amerika mengangkat anak tersebut dan mengikutsertakannya masuk ke dalam tank. Sang anak memenangkan permainan ini.
(disadur dari buku ESQ karangan Ary Ginanjar Agustian)


Ini adalah sebuah kisah dari sebuah film peraih piala oscar yang berjudul “Life is Beautiful”. Belajar dari film tersebut, ada dua karakter yang bisa kita ambil pelajaran. Yang pertama, karakter Benigni. Sang ayah bagaikan seorang mentor yang mampu mengatasi ketakutan dirinya. Melawan ketakutan tersebut dengan tetap terlihat tenang. Ia menciptakan suasana yang menakutkan tersebut dengan menggantinya seakan sebuah permainan. Dan kata kuncinya adalah MENANG. Dengan kata kunci menang tersebut, ia berhasil menanamkan sang anak, jiwa pemenang.
Apalagi yang bisa kita pelajari dari Benigni? Saat ia tertangkap, dengan tetap memegang prinsip, saat lewat di depan persembunyian anaknya, ia tetap berjalan tegap. Meskipun ia tahu bahwa dirinya akan mati. Dan pengorbanan Benigni tidaklah sia-sia, meskipun ia tewas tertembak, tapi anaknya tetap selamat.
Yang kedua adalah karakter sang anak. Kepatuhannya kepada perintah sang ayah membawanya kepada keselamatan. Kata pemenang yang ditanamkan ayahnya berhasil diwujudnyatakan dan menjadi gerakan untuk memenangkan permainan. Meskipun hanya sebuah gerakan bersembunyi. Kepatuhan dan jiwa pemenang dijadikannya prinsip yang dipegang teguh oleh sang anak sampai akhir.
Sebagai seorang muslim, prinsip apakah yang harus dipegang teguh sampai akhir hayat kita? Dalam QS 3/102 Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Sebuah prinsip untuk tetap beraqidah, berikatan kepada Rububiyah, Mulkiyah Dan Uluhiyah yang satu, yaitu kepada Allah semata. Karena kta takwa berasal dari kata “Quu” yang berarti jaga/menjaga, berarti dalam ayat tersebut di atas menginginkan kita untuk benar-benar menjaga kepatuhan (ketaatan). Bagaimana bentuknya? Tentunya kita semua sudah paham, yakni dengan menjalankan seluruh perintah Allah (Totalitas/Kaffah).
Dan seperti juga kita ketahui, orang-orang yang beriman pasti diuji, dengan segala macam bentuk ujian. Kadang kita bertanya-tanya, "kenapa harus saya?" Kebanyakan juga yang kita temukan adalah ketakutan-ketakutan. Takut miskin, takut susah, takut tidak dapat jodoh, dst. Sebagaimana yang dicontohkan dalam kisah di atas. Sampai-sampai kita berputus asa. Ini juga sudah Allah sinyalir dalam QS.2/214 :

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

Insya Allah jika kita yakin akan pertolongan Allah yang amat dekat dengan tetap memegang prinsip yang sudah ditanamkan dan memenangkannya sampai akhir hayat kita, pintu-pintu kemudahan akan dibukakan oleh Allah dan kemenanganpun akan semakin dekat. Semoga Allah kelak memberikan surganya untuk kita semua. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar