ASSALAMUALAIKUM

SEMOGA TULISAN SAYA BERMANFAAT ...TRIMS

Rabu, 09 Maret 2011

MAU DIBAWA KEMANA NEGERIKU?

MAU DIBAWA KEMANA NEGERIKU?

Setelah 65 tahun kemerdekaannya, rakyat Indonesia seakan terus menerus didera dengan permasalahan yang tiada henti. Belum selesai masalah yang satu, timbul lagi masalah yang lain. Dan bisa ditebak endingnya, ‘’gantung’’. Tengok saja kasus bank century, atau lumpur lapindo yang sudah bertahun-tahun tak kunjung usai. Harga pangan yang terus meroket, naiknya TDL, gas meledak di mana-mana, menjadi tema berita di media sehari-hari. Belum lagi tingkah laku para wakil rakyat kita di gedung senayan yang sangat memalukan. Rajin membolos, demi mencari sampingan di luar dan mencari cara agar bisa Break Event Point dan bisa untung besar sebelum masa jabatan berakhir. Karena modal yang mereka keluarkan untuk bisa memikat hati rakyat saat kampanye begitu besar. Inilah akibat jika politik dijadikan alat dagang. Bukannya menjadi abdi negara dan memakmurkan rakyat, tapi kebalikannya menyengsarakan rakyat karena mengeruk uang rakyat. Memberantas KKN saat kampanye hanya tinggal slogan. Kenyataannya bukannya berkurang, malah semakin bertambah.

Skeptisme massal

Seperti benang kusut yang bertumpuk-tumpuk yang sulit untuk diurai kembali. Sebenarnya skeptsme massal ini sudah diungkap dalam Al-Qur’an dari 14 abad yang lampau. Di surat Attaubah ayat 110 Allah berfirman :

Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana

Tidak hanya rakyat kecil yang ragu, bahkan sampai kepada tingkat penguasa pun bingung mencari solusi mengatasi permasalahan yang bertubi-tubi datangnya.
Banyak faktor yang menyebabkan kebangkrutan negeri yang kita cintai ini. Terlepas dari adanya pihak-pihak yang menginginkan Indonesia pecah dan hancur sehingga mereka bisa kembali masuk dan mengeruk kekayaan bangsa ini. Faktor utama adalah dari dalam diri kita sendiri.Hawa nafsu telah menjadi penguasa tertinggi dalam hati kita masing-masing. Ia telah menjadi Tuhan, sehingga meskipun salah di mata norma dan agama, tetap saja benar. Karena kebenaran adalah menurut hawa nafsunya QS.45/23. Seharusnya sila pertama dalam Pancasila,’’Ketuhanan yang Maha Esa’’ menjadi jiwa dalam diri kita masing-masing. Kenyataannya pancasila sebagai perlambang dan pemersatu bangsa sudah tidak berdengung lagi dan seakan-akan hilang kesaktiannya.
Maka langkah pertama yang harus diambil adalah dengan menghadirkan kembali sifat-sifat Tuhan dalam jiwa. Dalam Islam, Asmaul Husna yang berjumlah 99 itu bukan hanya sekedar dihapal dan dilafadzkan saja. Tetapi seharusnya menjadi radar dalam mengambil setiap keputusan juga tindakan. Jika sudah demikian, God Spot (suara hati) yang merupakan dasar dari kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) akan terpancar, tentunya sesudah menjernihkan penyakit-penyakit hati (zero mind process). Inilah yang diungkapkan oleh Ary ginanjar Agustian dalam bukunya ESQ(Emotional Spiritual Quotient).



Budaya positive thinking

Berpikir positif terhadap apa saja, sangat membantu terutama dalam pemecahan permasalahan bangsa ini yang sedang dalam kondisi sekarat. Media informasi sangat membantu dan berperan besar dalam membangun kembali budaya berpikir positif. Ambil contoh kasus penggusuran lahan di rawa kerbo di Jakarta Pusat. Warga sampai melakukan aksi kubur diri dan terakhir mempersiapkan bambu runcing demi mempertahankan tanah yang telah di tempatinya selama puluhan tahun. Demikian pula pemda setempat yang sedang menunggu saat yang tepat untuk mengeksekusi lahan yang di tempati warga. Seharusnya pemda di seluruh Indonesia belajar kepada walikota solo yang pernah berhasil memindahkan pedagang-pedagang di kotanya dengan pendekatan personal. Sehingga tidak terjadi kekerasan dan pertumpahan darah. Karena budaya berpikir positif telah dibangun sehingga para pedagang dengan sukarela pindah ke tempat yang telah disediakan.
Manusia pada hakekatnya memiliki persamaan dalam pandangan Tuhan. Karenanya tidak seharusnya saling bermusuhan dan membenci satu sama lain. Hak untuk hidup, beribadah menurut agama yang diyakininya, mengemukakan pendapat, dsb. Dengan selalu berpikir positif dan menghormati hak-hak yang dimiliki individu yang lain, akan lahir ketentraman dan keamanan di negeri ini. Memperbesar persamaan dan memperkecil perbedaan dalam bingkai bhinneka tunggal ika.
Amerika Serikat bisa menjadi negara adidaya melalui perjalanan panjang selama ratusan tahun. Begitu juga Indonesia sebagai bangsa yang sedang bermetamorfosis menjadi bangsa yang maju dan berdaulat. Dan masa-masa kritis serta genting seperti ini merupakan fase yang harus dilalui. Badai pasti berlalu. Tentunya tidak bisa serta-merta berlalu begitu saja. Akan tetapi melelui proses dan kerja keras dari seluruh anak bangsa. Kembali bersama-sama secara sadar dan saling bahu-membahu dan bergotong-royong membangun rumah kita yang tengah mengalami kehancuran.
Ada ungkapan dalam bahasa inggris ‘’Love is to see an perfect person perfectly.’’ Cinta adalah memahami ketidaksempurnaan secara sempurna. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Maka rasa cinta tanah air harus terus menerus dipupuk dengan selalu membangun budaya berpikir positif, bahwasanya akan datang saat di mana krisis multidimensi ini akan berakhir. Dan menanamkannya tidak perlu susah-susah, diawali dari diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Efek ketok tular atau tabligh, sifat yang dicontohkan oleh nabi Muhammad 14 abad yang lalu akan menjadi budaya baru. Dan sekarang adalah saat yang tepat untuk memulai itu semua. Di tengah titik nadir yang di alami bangsa ini.
65 tahun sudah republik ini berdiri. Mau dibawa kemana negeri ini tergantung tidak hanya kepada satu pucuk pimpinan saja. Tapi kepada kita semua yang bisa berhati jernih, memilih orang yang tepat bukan karena sodoran uang ataupun bahan sembako saja serta janji-janji pemanis bibir. Akan tetapi apa yang telah dibangunnya untuk negeri kita tercinta ini. Karena karya nyata tidak akan bisa menipu. Dan yang bisa jadi pemimpin masa depan itu anda, anak bangsa yang tergugah dan memberikan karya terbaiknya untuk bangsa ini. Where there’s a will there’s a way. SEMOGA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar